Mari bergabung menjadi kontributor bersama kami,  Klik disini

News

Lonceng Kematian SD Negeri

2 Mins read

Nasib atas keberadaan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di beberapa daerah di Indonesia sedang menuju jurang kematian dengan semakin sepi minat orang tua menyekolahkan anaknya.

Fenomena tersebut terpotret dari beberapa pemberitaan. “Tujuh SD Negeri Di Solo sepi peminat, Siswa Baru Kurang dari 10 orang” (https://regional.kompas.com, 17/7/2023). Adapula di Ponorogo Jawa Timur punya nasib sama, “Dua SD Negeri di Jawa Timur Sepi Peminat, Kalah Bersaing dengan SD Swasta” (https://toraja-tribunnews-com, 2023/07/20). Dua berita ini hanya memotret sebagian, adapun kondisi tersebut banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Realitas dan fakta tersebut, mencengangkan publik Indonesia dan membuat miris dunia pendidikan Indonesia yaitu fenomena yang menandai “Lonceng Kematian” di SD Negeri. Dimana di berbagai daerah di Indonesia mulai banyak SDN yang tutup karena sangat minim dapat siswa bahkan ada yang tidak dapat murid satu pun dalam satu tahun pelajaran. Secara umum mereka lebih memilih SD Swasta daripada SD Negeri.

Kondisi tersebut tentu ada faktor penyebab yang serius dan tidak bisa dianggap enteng atau lumrah bagi pemerintah terutama Dinas Pendidikan. Sehingga harus segera dicari akar masalah dan solusi strategis agar tidak semakin parah.

Hemat saya ada beberapa faktor yang menyebabkan sepi peminat orang tua menyekolahkan anaknya di SD Negeri.
Pertama, ada pergeseran pemikiran di kalangan masyarakat terkait orientasi pendidikan dan pekerjaan sang anak. Jika dulu orang tua cenderung memiliki pemahaman bahwa pekerjaan yang prestisius adalah menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Dengan menjadi PNS maka status sosial naik dan ada keterjaminan masa depan karena ada dana pensiun. Sehingga untuk menjadi PNS jalur pendidikannya adalah melalui Sekolah Negeri mulai tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Sehingga menjadikan orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

Namun, Sekrang sudah bergeser, status PNS sudah tidak dijadikan ukuran status sosial tinggi masyarakat. Situasi sekarang peluang kerja semakin beragam dan terbuka yang semua bisa menjanjikan kesuksesan materi dan sosial di masyarakat. Sehingga orang tua saat ini cenderung memilih sekolah yang berbasis kompetensi yang dapat menunjang anaknya memiliki skill untuk kemudian bisa bekerja di berbagai perusahan yang gajinya lebih besar daripada PNS.

Hal ini yang kemudian ditangkap oleh sekolah Swasta dengan memperbanyak kegiatan ekstrakulikuler dengan menawarkan beragam pembinaan dan pengembangan skill siswa yang lebih kompetitif dan berkualitas.

Kedua, kualitas pendidikan SD Negeri rendah. Salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan di SD Negeri adalah pola manajemen pengelolaan sekolah yang tidak profesional, monoton, stagnan minim inovasi , ditambah infrastruktur yang tidak memadai, dan peralatan penunjang pendidikan yang minim.

Sehingga SD Negeri terkesan lambat dan sulit bersaing dengan Sekolah Swasta yang lebih cepat dan responsif terhadap perubahan dan kebutuhan kemajuan pendidikan. Kondisi SD Negeri tersebut mungkin karena menunggu anggaran dari Negera sehingga lambat berinovasi

Kondisi di atas tentu tida dapat dibiarkan atau dianggap sepele dan lumrah. Sebab pendidikan merupakan investasi terbesar dan terpenting bagi keberlangsungan kepemimpinan bangsa Indonesia. Keberlanjutan bangsa ini sangat di tentukan oleh kualitas SDM bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan kualitas SDM bangsa Indonesia, jalur utama adalah melalui pendidikan yang berkualitas dan maju.

Artinya kualitas kepemimpinan bangsa Indonesia kedepan tergantung dari kualitas pendidikan kita. Jika pendidikan maju maka akan menghasilkan SDM kepemimpinan maju, dan sebaliknya jika kualitas pendidikan rendah maka kualitas kepemimpinan bangsa kita juga rendah. Sehingga dapat berdampak pada kesulitan bangsa ini menghadapi persaingan dunia global yang semakin canggih dan maju.

Maka sudah harus bangun dan bangkit terutama pemerintah dan Dinas Pendidikan untuk mencari solusi strategis menyelamatkan nasib SD Negeri yang sedang menuju jurang kehancuran atau menabuh “lonceng Kematian”.

Salah satunya dengan duduk bersama dengan semua stakeholder dan masyarakat untuk mengkaji dan membahas kondisi tersebut artinya keterlibatan masyarakat menjadi sangat penting yang perlu segera dilaksanakan.

Related posts
News

Middle Age Misery Peaks at Age of 47.2, Economist Says

5 Mins read
We are looking beyond ideation stage to, at the very least, beta, and for companies that are corporate-ready. Retailers want to see…
BusinessNews

What to Expect From the 2020 Oscar Nominations

5 Mins read
That’s because in spite of its iffy earnings reports over the last five years, Synergy Research reported that IBM had 7 percent…
News

Danske Offers 2,000 Bankers Option to Quit Amid Mounting Costs

5 Mins read
They can then go on to fix the problem. Diego finds that this is a great example of balancing qualitative and quantitative…
Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *